Walmaspost.com, Palopo – Setelah sebelumnya dilaporkan bahwa tiga pendaki perempuan berhasil dievakuasi dari puncak Gunung Buntu Puang. Kini muncul klarifikasi dari salah satu anggota rombongan.
Farel, salah satu pendaki yang ikut dalam perjalanan tersebut, menyebut bahwa rombongannya tidak pernah meminta bantuan evakuasi seperti yang ramai diberitakan.
“Rombongan kami tidak pernah minta dievakuasi, yang minta itu rombongan lain,” ujar Farel melalui via instagram, Senin (14/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa saat itu ada tiga rombongan berbeda di puncak Buntu Puang. Menurutnya, rombongan A tempatnya bergabung memang sempat mengalami kejadian kesurupan, namun kondisi cepat kembali normal. Mereka tidak merasa perlu meminta bantuan.
Namun, rombongan B yang berada di lokasi merasa panik, lalu menghubungi pihak Basarnas. Informasi yang mereka sampaikan justru berasal dari rombongan C, yang memang mengalami kendala dan membutuhkan pertolongan.
“Jadi, bukan rombongan kami yang minta evakuasi,” tegasnya.
Sementara itu, akun TikTok @merry_02 juga memberikan keterangan tambahan melalui kolom komentar pada salah satu unggahan. Menurutnya, para pendaki yang dievakuasi bukan hilang, melainkan pendaki tektok yakni naik dan turun di hari yang sama, yang tidak membawa perlengkapan berkemah.
“ Dia bukan hilang. Mereka itu pendaki tektok, berangkat subuh tanpa perlengkapan seperti tenda dan lain-lain. Rencananya memang mau tektok, bukan ngecamp, tapi karena ada kendala, mereka akhirnya menginap di tenda kelompok lain. Yang satu kakinya lecet karena tidak pakai kaos kaki, dan yang satunya kelelahan, makanya tertunda turun,” tulisnya.
Sebelumnya, informasi evakuasi ini bersumber dari unggahan Facebook Damkar Palopo. <span;>Tiga pendaki perempuan dilaporkan belum kembali dari pendakian di puncak Gunung Buntu Puang Km 15 Battang, Kelurahan Battang, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo, Sabtu (12/7/2025) malam.
Tim SAR gabungan langsung bergerak ke lokasi dan berhasil mengevakuasi mereka (Airin, Laura dan Salsa) dalam keadaan selamat, Minggu pagi.
Meskipun begitu, upaya penyelamatan yang dilakukan patut diapresiasi sebagai bentuk kesiapsiagaan dan respons cepat terhadap laporan potensi kedaruratan di kawasan pegunungan.
